Lampung Geh, Bandar Lampung – Seorang narapidana di Lembaga Pembinaan Khusus Anak (LKPA) Lapas II A Lampung, Tegineneng, Pesawaran, Lampung tewas diduga dianiaya oleh rekannya di Lapas.
Narapidana itu bernama RF (17) warga Jalan Imam Bonjol gang Sultan Anom, Langkapura, Bandar Lampung. Ia merupakan narapidana yang sedang menjalani hukuman karena kenakalan remaja sekitar satu bulan lalu.
Ibu RF, Rosilawati menceritakan awalnya pada Sabtu (9/7) sekitar pukul 11.00 WIB, ia mendapat telepon dari petugas dan diminta untuk datang ke Lapas karena anaknya ingin dibesuk oleh ibunya.
Lalu pada Senin (11/7) sekitar pukul 14.00 WIB, ia datang ke Lapas dan melihat kondisi anaknya sudah tidak bisa berbicara dan di tubuhnya banyak luka lebam.
“Karena saya melihat kondisi badan anak saya penuh luka lebam seperti dikeroyok, akhirnya kami memohon izin petugas untuk membawa ke Rumah Sakit Ahmad Yani Metro,” katanya saat ditemui di rumah duka. Rabu (13/7)
Setelah di Rumah Sakit, kondisi RF semakin menurun dan dibawa ke ruangan ICU. “Anak saya dinyatakan meninggal dunia oleh tim dokter Rumah Sakit Ahmad Yani Metro pada Selasa (12/7) sekitar pukul 17.00 WIB,” imbuhnya.
Sementara itu, Kakak kandung RF, Nira mengatakan adiknya meninggal karena dianiaya oleh empat narapidana di dalam Lapas.
Sebelumnya, pada Senin (4/7) ia bersama ibunya datang membesuk, saat itu RF terlihat sehat dan masih terlihat ceria tidak ada tanda-tanda kekerasan.
“Pihak lapas hubungi kami, bisa dibesuk gak RF, tapi mereka gak ngomong kalau adik kami memar-memar,”ujar Nira
Sesampainya di Lapas, kami mendapati Rio sudah mengalami luka lebam dan tidak bisa bicara sehingga pihak Lapas merujuk RF dirawat di RS Ahmad Yani Metro.
“Kata pegawai lapas adik kami dianiaya oleh empat orang tahanan, tapi saya gak tau pasti saat ini pihak lapas sedang mengusut peristiwa penganiayaan adik kami,” pungkasnya.
Sementara itu, Lampung Geh sudah menghubungi pihak LKPA Kelas II A Lampung terkait insiden pengeroyokan anak di dalam rutan. Saat ini sedang menunggu konfirmasi dari pihak terkait. (*)
—
Penulis: Sinta Yuliana
Editor: Astrid Wendiannisaa
Discussion about this post